KABEDE.CO.ID, INDONESIA – Konflik Rusia-Ukraina tidak hanya berdampak fisik, tetapi juga berdampak ekonomi global, hal ini terjadi karena ekonomi global saling berhubungan. Invasi Rusia ke Ukraina akan menghambat pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19 di Eropa dan di seluruh dunia.
Jadi, apa saja dampak ekonomi dari ketegangan ekonomi antara kedua negara?
- Harga Minyak Dunia
Serangan Rusia ke Ukraina telah mempengaruhi harga minyak dunia. Rusia sendiri merupakan negara yang kaya akan sumber daya energi.
Rusia dapat memproduksi 9,7 juta barel minyak per hari. Dengan rekor tersebut, Rusia menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat dalam produksi minyak.
JP Morgan telah memperingatkan bahwa harga minyak bisa dengan mudah naik ke $120 per barel jika krisis memotong aliran minyak Rusia. Jika ekspor minyak Rusia dipotong setengahnya, harga minyak mentah akan melonjak hingga $150 per barel.
- Ancaman inflasi
Ketegangan antara Ukraina dan Rusia dapat memperburuk inflasi di beberapa negara. Jika harga minyak naik di atas $100 per barel, tingkat inflasi tahunan AS bisa naik menjadi 10%.
Harga minyak yang tinggi pasti akan jatuh di pundak bisnis dan konsumen. Selain energi, volatilitas harga juga terlihat pada komoditas lain seperti logam, aluminium, dan paladium. “Semua ini akan terjadi pada saat pasokan komoditas lebih terbatas daripada beberapa tahun terakhir,” kata Kepala Strategi Global JPMorgan Funds David Kelly dikutip dari CNN Business, Kamis (24/2).
- Gejolak Pasar Saham
Perhatian investor sekarang terfokus pada gejolak Rusia – Ukraina. Tanda-tanda perang yang meningkat memaksa investor untuk menahan diri dari perdagangan di pasar saham.
Investor berpotensi melakukan aksi jual besarbesaran. Pasalnya, kenaikan harga minyak dunia dan inflasi karena aksi militer Rusia membuat investor khawatir dengan proses pemulihan ekonomi di dunia. Ketidakstabilan pasar juga dapat merusak kepercayaan di antara konsumen dan pelaku bisnis.
- Pertumbuhan Ekonomi Melambat
Konflik seperti invasi dan peperangan memang dapat mengganggu stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi. Ada ketakutan bahwa ini bisa terjadi karena invasi Rusia.
Amerika Serikat khawatir bahwa ketegangan antara kedua negara dapat merusak pemulihan ekonomi negara itu, memperburuk inflasi dan meningkatkan ketidak pastian.
Menurut analisis, jika harga minyak dunia mencapai $110 per barel, PDB AS akan turun 1%. Ini tidak sedramatis dampaknya terhadap inflasi, tetapi masih signifikan mengingat ekonomi AS belum sepenuhnya pulih akibat pandemi
- Kenaikan Suku Bunga
Jika inflasi melebihi 10%, The Fed tentu saja akan menaikkan suku bunga lebih cepat untuk menjaga harga tetap terkendali.
Kenaikan suku bunga The Fed mendatang akan meningkatkan biaya pinjaman konsumen dalam segala hal. Beberapa contoh, seperti hipotek, pinjaman mobil, hingga kartu kredit.
The Fed dapat memutuskan untuk mengabaikan kenaikan inflasi sebagai fenomena sementara tergantung pada situasi antara Rusia dan Ukraina.
Namun, strategi ini tidak berhasil tahun lalu, dan The Fed akhirnya memberikan penjelasan “sementara” untuk inflasi terkait pandemi.
Tentu saja, ketegangan antara Rusia dan Ukraina akan semakin memperumit misi The Fed untuk mengendalikan inflasi tanpa menyebabkan resesi.
- Serangan Dunia Siber
“Jika Rusia menyerang Amerika Serikat atau sekutunya dengan cara asimetris, seperti serangan siber yang menghancurkan perusahaan kami atau infrastruktur penting, kami siap untuk meresponsnya,” kata Presiden AS Joe Biden saat memperingatkan Rusia tentang serangan siber.
Serangan siber hanyalah salah satu contoh bagaimana situasi Rusia-Ukraina dapat memengaruhi kehidupan kita sehari-hari.
“Perang terjadi dengan cara yang tidak terduga. Tidak seorang pun harus berpikir dia bisa melihat semua konsekuensi perang, ”kata Kelly. (JNR)
Sumber : cnnindonesia.com
Discussion about this post